PERBEDAAN
PENDAPAT
SEBAGAI PEMBENTUK
HARMONISASI BUDAYA GLOBAL
ASNAWI*
asnawi_smart89@yahoo.com
Pendapat
merupakan anggapan mengenai suatu permasalahan yang akan dikemukakan. Pendapat
tidak dapat dipisahkan dari pikiran. Manusia berpendapat melalui proses
berpikir dan bernalar. Setiap individu memiliki pendapat yang berbeda-beda, hal
ini disebabkan proses berpikir dan bernalar manusia berbeda-beda. Adanya
perbedaan pendapat ditandai dengan ketidaksesuaian dan kertidakselarasan
hubungan antarindividu. Berbagai anggapan menstimulus masyarakat bahwa
perbedaan pendapat akan membentuk hubungan masyarakat yang tidak harmonis. Namun,
anggapan demikian tidak dapat dibuktikan kebenarannya, faktanya hubungan
antarmasyarakat tetap terjalin meskipun dalam kondisi kontas pendapat. Hal
tersebut menarik untuk dijadikan penelaahan sebagai bahan sandingan dan
penambah wawasan tentang indahnya hidup ditengan perbedaan. Perbedaan pendapat
sebenarnya bukanlah masalah yang lumrah lagi dalam hubungan masyarakat. Oleh
karena itu, penelaahan ini membuktikan bahwa pernyataan yang beranggapan bahwa
perbedaan pendapat menyebabkan hubungan masyarakat tidak harmonis salah.
Perbedaan pendapat dijadikan sebagai pembentuk harmonisasi budaya masyarakat
global dalam menjalin hubungan bermasyarakat. Perbedaan pendapat dijadikan
sebagai proses menjadikan budaya harmonis (harmonisasi) dalam perbedaan, buka
menjadikan pertikaian dalam perbedaan. Adanya perbedaan pendapat dapat
membentuk budaya dan karakter baru dalam hubungan bermasyarakat. Budaya-budaya
yang akan muncul hasil harmonisasi perbedaan pendapat tersebut misalnya,
masyarakat lebih menghargai orang lain, kewaspadaan terhadap orang lain tinggi,
tingkat kemandirian membaik, tingkat kesopanan tinggi.
Munculnya
rasa menghargai sesama akan memperkecil deminsi-dimensi perbedaan pendapat.
Kemunculan dimensi tersebut diharapkan memberikan dampak yang baik
antarindividu. Dengan adanya hal tersebut setiap individu dapat menimbulkan
rasa akan toleransi pendapat terhadap sesama. Hasil dari deminsi-deminsi yang
dihubungkan dengan interaksi tersebut mampu menciptakan budaya baru dalam
menciptakan harmonisasi antarindividu atau masyarakat.
Budaya
merupakan realisasi dari interaksi-interaksi sosial manusia. Budaya dijadikan
sebagai produk akan interaksi antarindividu. Produk tersebut disusun
berdasarkan pola-pola yang terbentuk akibat interaksi. Pola-pola yang terbentuk
itu misalnya pola sikap harga-menghargai pendapat. Adanya sikap seperti ini
mampu membantuk kebiasaan-kebiasan yang global dalam sebuah interaksi sosial.
Kebudayaan global adalah budaya yang dapat diterima oleh setiap individu dalam
melakukan interaksi sosial. Adanya hal ini membentuk pola kebiasaan baru terhadap
hasil interaksi antarindividu, yang dapat memanipestasikan kepada budaya
global, yakni budaya yang dapat diterima oleh pelaku interaksi sosial.
Adanya
rasa menghargai pendapat orang lain, mengindikasikan pada kondisi emosional
antarindividu. Emosi merupakan perasaan yang dapat merubah pola pikir seseorang
dalam mengarungi kehidupan. Sikap menghargai pendapat dijadikan sebagai bahan
dasar untuk memberikan penilaian terhadap kadar emosi seseorang. Semakin mampu
seseorang menahan emosi, maka semakin mampu ia menerima kebuadayaan global yang
ada. Budaya global yang dimaksud adalah keiklasan menerima pendapat orang lain
sebagai dasar pola pembentuk pikiran dan emosi, dengan menjadikan seseorang
sebagai pelaku interaksi sosial. Dengan demikian, adanya kebudayaan global
membentuk pola interaksi sosial dan menciptakan harmonisasi antarindividu dalam
melaksanakan kehidupan yang membudaya.
Perbedaan
pendapat yang terjadi dalam hubungan interaksi antarindividu dijadikan sebagai
dimensi-dimensi yang mambudaya. Hal ini memberikan suatu pemahaman bahwa adanya
dimensi tersebut dapat membentuk suatu budaya global antarindividu, dalam
menjalankan kehidupan. Hal inilah yang dikatakan bahwa perbedaan pendapat sudah
dijadikan sebagai kebiasaan-kebiasaan yang dianggap wajar, atau dalam konsep
lain perbedaan pendapat dikatakan sebagai kebiasaan yang membudaya.
Kebiasaan-kebiasaan yang dianggap wajar atau membudaya tersebut membentuk pola
pikir yang berdasarkan akal dan rasio kearah tataran umum sebagai sarana pembentuk
harmonisasi kehidupan masyarakat global.
Perbedaan
pendapat dapat meningkatkan rasa waspada yang tinggi terhadap orang lain.
Anggapan ini dibuktikan bahwa setiap manusia memiliki strategi bertutur dan
bertindak yang berbeda-beda. Seseorang dapat memarjinalkan pendapat orang lain
namun dengan cara yang tidak diketahui oleh pengemuka pendapat. Pembicara yang
baik justru mampu mempersuasi pendengarnya agar terpengaruh dengan apa yang
disampaikan. Hal inilah yang membuat tingkat kewaspadaan seseorang terhadap
pendapat orang lain meningkat.
Strategi
bertutur merupakan cara atau gaya yang dilakukan pembicara untuk mempengaruhi
lawan bicara atau pembicara lain. Strategi ini berperan penting untuk
menimbulkan efek positif terhadap tuturan penutur. Penutur yang baik memiliki
strategi bertutur yang baik pula. Penutur yang menggunakan strategi tuturan
tidak sesukanya menggunakan kata-katam, namun dilakukan melalui proses berpikir
dan memilih diksi yang tepat untuk menyampaikan sebuah pernyataan. Tujuan
digunakan atau dipilihnya kata-kata yang tepat itu bertujuan untuk memberi
keyakinan kepada lawan tutur akan pendapat yang dikemukakannya.
Meningkatnya
rasa waspada terhadap orang lain berakibat dari adanya perbedaan pendapat.
Perbedaan pendapat dengan dimensi kewaspadaan diyakini dapat meningkatkan
harmonisasi antarpemberi pendapat yang berbeda-beda. Di mana kewaspadaan
seseorang terhadap pendapat orang lain membuat kridebilitas atau derajat
antarindividu semakin tinggi. Hal ini
berakibat bahwa seseorang tidak semena-mena terhadap pendapat orang lain, dan
berusaha membuat orang lain percaya akan pendapat yang dikemukakan. Persaingan
sepertinilah yang dapat menimbulkan budaya global terhadap antarindividu. Budaya global adalah budaya yang dapat
diterima secara umum untuk dijadikan kebiasaan yang bersifat wajar. Dengan
demikian, dapat dinyatakan kewaspadaan akan pendapat orang lain dapat
menimbulkan budaya global untuk dijadikan sebagai harmonisasi pembentuk
kebiasaan-kebiasaan yang bersifat wajar, diterima secara umum, dapat dibuktikan
kebenarannya, dan dapat diterima oleh pikiran manusia sebagai budaya waspada
yang membudaya.
Selanjutnya,
perbedaan pendapat diyakini dapat meningkatkan rasa kemandirian. Adanya
perbedaan pendapat membuat kemandirian seseorang membaik. Perbedaan pendapat
dijadikan sebagai sarana untuk menciptakan rasa mandiri pada antarindividu.
Perbedaan pendapat bukanlah sesuatu yang sangat menakutkan dalam kehidupan
bermasyarakat. Memang banyak kenyataan sampai saat ini dengan adanya perbedaan
pendapat dapat menimbukan pembunuhan, pertikaian, dan perkelahian. Nah kondisi
seperti ini tentunya tidak mengasaskan bahwa perbedaan pendapat bukanlah
dimensi budaya global. Jika seseorang berkeyakinan bahwa perbedaan pendapat
adalah harmonisasi budaya global, maka perkelahian, pertikaian, dan pembunuhan
tidak akan terjadi. Kesalahan persepsi awal yang menganggap bahwa perbedaan
pendapat bukanlah budaya gelobal akan mengakibatkan hal-hal negatif tersebut
terjadi. Justru sebaliknya jika antarindividu yang berpendapat sudah diapersepsi
bahwa perbedaan pendapat dijadikan sebagai harmonisasi budaya global, maka
beberapa hal negatif tersebut tidak akan terjadi.
Perbedaan
pendapat antara individu yang satu dengan individu yang lainnya dapat
mengontrol rasa kemandirian seseorang. Adanya perselisihan tersebut membuat
individu semakin mampu memanageman emosinya agar dapat berpikir dengan baik,
dengan rasionalisasi yang mementingkan kemashalatan orang banyak. Hal inilah
yang mengakibatkan bahwa perbedaan pendapat menimbulkan rasa mandiri yang lebih
baik, terutama seseorang mampu memanageman emosinya terhadap pendapat orang
lain. Melakukan pengawasan terhadap emosi diri merupakan salah satu realisasi
dari rasa kemandirian individu. Semakin ia mampu mengontrol emosinya, maka
tingkat kemandiriannya dalam mengatasi masalahnya dapat berjalan dengan baik,
namun justru sebaliknya, jika seseorang tidak mampu memanageman emosi ketika
terjadinya perbedaan pendapat memberikan penilaian kepada kita bahwa individu
tersebut belum mandiri. Kemandirian adalah salah satu dimensi-dimensi budaya
global. Budaya global sangat mementingkan rasa kemandirian. Kemandirian yang
terjadi saat perbedaan pendapat dijadikan sebagai harmonisasi antar individu
dalam mengatasi permasalahan yang terjadi pada kondisi ketidak seimbangan
pikiran.
Dimensi
budaya global berikutnya dalah kesopanan. Perbedaan pendapat tidak hanya dapat
meningkatkan rasa kemandirian antarindividu, namun juga dapat meningkatkan
kesopanan. Kesopanan antarindividu dapat terjadi akibat adanya perbedaan pendapat.
Individu yang sudah memiliki rasa kemandirian yang baik justru juga sudah
menyadari kesopansantuanan yang baik, karena kemandirian dan kesopansantunan
merupakan sikap yang muncul secara proses pada diri manusia. Kedua konsep iti
tidak dapat dipidsahkan, seseorang yang mandiri sudah dapat dikatakan santun,
mengapa karena seseorang yang sudah mandiri mampu meberpikir dan bertindak
dengan berasaskan rasio dan nalar. Namun sebaliknya jika kemandirian sesorang
tidak membaik maka sopan-santunnya juga akan rusak, mengapa ketidak mampuannya
berpikir dengan baiklah yang mengakibatkan pola tingkahlakunya tidak lagi
dianggap kebiasaan yang wajar.
Perbedaan
pendapat dijadikan sebagai media untuk membentuk rasa sopan terhadap orang
lain. Seseorang yang menyampaikan pendapat sangat memperhatikan tingkat kesopan
santunan dirinya dihadapan orang lain. maksudanya seseorang melakukan kegiatan
bertutur sangat dipengaruhi kesopanannya dalam menyampaikan maksud dan tujuan.
Semakin tinggi kesopanan yang digunakan maka akan semakin membuat pendengr
terpengaruh akan apa yang disampaikan. Hal inilah yang membuat bahwa perbedaan
pendapat diapersepsikan sebagai pembentuk kesopanan yang mambaik.
Berpendapat
bukanlah pekerjaan yang mudah, seseorang dalam mengemukakan pendapat memerlukan
peikiran dan nalar yang baik. Jika seseorang tidak memiliki pemikiran dan
penalaran yang baik ia tidak mampu mempengaruhi pendengarnya akan pendapat yang
ia sampaiakan. Namun sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat berpikir dan
bernalar yang baik maka secara mudah ia dapat mempersuasi pendengar dengan
memanfaatkan sarana-sarana bahasa sebagai mediannya. Jadi, berpendapat bukanlah
pekerjaan yang mudah, namun diperlukan proses berpikir dan bernalar yang baik
terhadap apa yang ia sampaikan.
Proses
berpikir dan bernalar terhadap penyampaian pendapat inilah yang akan membantuk
kesopanan terhadap bentuk tuturan yang disampaikan. semakin terampil seseorang
berpikir dan bernalar maka semakin tinggi pula tigkat kesopanan terhadap
tuturan yang ia sampaikan. Oleh sebab itu, perbedaan pendapat dijadikan sebagai
sarana pembentuk kesopanan yang lebih baik, karena proses penyampaian pendapat
bukanlah pekerjaan yang mudah, namun diperlukan proses berpikir dan bernalar
yang baik.
Adaya
kesopanan hasil akibat dari terjadinya perbedaan pendapat justru dapat
menimbulkan harmonisasi antarindividu dalam bermasyarakat. Semakin santun
seseorang dalam menyampaikan pendapat maka tingkat harmonisasi akan solidaritas
tersebut semakin tinggi. Jadi, perbedaan pendapat pada dimensi kesopanan
membentuk budaya global yang dapat membentuk budaya santuan yang dianggap
kebiasan wajar pada kehidupan bermasyarakat.
Berdasarkan
beberapa pernyataan yang telah dikemukakan, dapat dinyatakan bahwa perbedaan
pendapat dijadikan sebagai pembentuk harmonisasi budaya global. Adanya
kebiasaan-kebiasaan yang wajar tersebut membuat pola-pola berpikir masyarakat
yang dianggap dapat diterima secara umum oleh masyarakat. Perbedaan pendapat
dijadikan sebagai sarana atau media untuk membentuk harmonisasi budaya global.
Peroses harmonisasi ini tidak berdampak langsung terhadap masyarakat, tetapi
melalui proses pembaharuan yang bersifat lambat, hal tersebut mungkin terjadi
tanpa disadari oleh antarindividu atau masyarakat. Perbedaan pendapat diyakini
dapat memebntuk berbagai dimensi harmonisasi budaya global, misalnya munculnya
budaya menghargai orang lain, kewaspadaan akan pendapat orang lain yang tinggi,
kemandirian, dan kesopanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar